Social Icons

Pages

post

Selasa, 14 Maret 2017

puisi cinta



KESETIAAN
Karya: Norman Adi Satria

Bagiku kesetiaan memang tak butuh janji.
Bila ingin setia, setia saja
tak perlu diungkit-ungkit bahwa
tak selingkuh adalah tindakan setia.
Karena keputusan untuk tak selingkuh
pun bisa saja lahir
dari ketidakpiawaian main serong
kurang berpengalaman dalam berbohong
kocek yang selalu kosong
atau belum menemukan sosok selingkuhan yang tepat saja.
Lagipula apa istimewanya setiaku
bila hanya berarti tiada lain orang kecuali kamu?
Dalam kesetiaan yang bermakna dangkal itu
pernahkah kamu bertanya masih cintakah aku?
Karena kesetiaan tak selalu butuh cinta
dan setiaku bisa saja bukan karenamu
namun karena keinginanku sendiri.
Apakah aku ingat tanggal pernikahan kita?
Hingga detik ini aku makin lupa.
Sudah tujuh atau delapan
berlalu begitu saja tanpa perayaan
dan penyesalan.
Karena memang kita sama sekali
tak pernah mengungkit momen itu saat kita kelahi.
Yang kita hafal adalah
tanggal tagihan utang
tanggal tagihan listrik
tanggal jatuh tempo pegadaian
tanggal bayaran spp sekolah anak
tanggal gajian yang kian terasa lama ketika makin dipikirkan.

Apakah kamu ingat tanggal pernikahan kita?
Karena yang aku ingat hanya kenangan-kenangan
Kenangan-kenangan yang tak butuh tanggal
untuk tetap tinggal.

puisi romantis part 2


Karunia Cinta
Jika para pengetam
Menumbuk bulirnya
Tanyakanlah pada mereka
Tentang sebuah karunia cinta
Yang ditemukan burung jalak
Diantara pohon bidara
Atau pada kotek ayam
Yang mengais remahan cinta
Diantara kumbang-kumbang bunga
Sebab aku yakin
Mereka adalah pencari cinta
Yang berjuang demi bahagia
Tentang hidup yang tidak bisa
dipisahkan dari cinta.
Hakekat cinta
cinta terus berlari,
cinta terus dikejar,
cinta tak berhenti,
cinta melihat kedepan,
cinta tak menengok kebelakang,
cinta berjalan lurus,
cinta tak mengambil jalan belok,
cinta tak pernah lelah mengambil jalan,
sebab cinta melahirkan kekuatan …
Haruskah Ku Mengalah
Seakan semuanya mudah
Dia yang sangat mempesonaku
Setiap perbuatannya selalu mengundang perhatianku
Sungguh dia tak pernah lekang dari benakku
Kupastikan langkah tegasku
Tegar gemintar untuknya
Mencoba menguatkan tekat hingga bulat
Mengumpulkan semua peluh menyiksa
Waktu terus berjalan
Bumi terus berputar
Ku coba melangkah
Ku coba menapaki jejak hidupnya
Namun, jalanku tidak mulus
Jalan itu begitu bergelombang dan sangat terjal
Jalan itu begitu ramai dan dikuasai orang lain
Haruskah aku mundur dan berhenti menapaki hidupnya?
Rindu Kamu
Rindu Kamu, Ketika bayangmu tak menjauh
Semakin anggan ingin menemukanmu…
Malam membutakan matahari menyilaukan
Tak membuatku berhenti mencarimu…
Hari-hariku masih di selimuti rindu
Langkahku masih di sertai sisa candamu…
Luka hatiku tak pernah sembuh
Aku terus merindukanmu…

Inginku Milikku Dirimu

Terlalu lama ku pendam
Semua rasa ini padamu
Kini ku sudah tak tahan
Ku ingin kau tau semua..
Aku lebih dulu mencintaimu
Aku lebih dulu mengenalmu
Bukannya dia..
Cinta itu harus diungkapkan
Cinta itu harus memiliki
Tak kan kulepaskan dirimu
Memang tinggi egoku
Namun.. ingin ku miliki dirimu..
Demi cinta yang t`lah lama ku pendam
Demi mengganti semua pengorbanan
Yang t’lah ku lakukan untukmu
Kau harus jadi milikku..
Cinta yang Tak Pasti
mungkin aku terlalu bodoh untuk mengerti
mungkin aku tak sengaja jg menyakiti
andai aku tau isi hatimu
andai kesempatan itu datang lagi padaku
sekarang mustahil bagiku
bahkan menyentuh bayangmu, aku tak mampu
sekarang aku terpuruk dalam jurang sesalku
dan cinta ni jadi sesak dalam dadaku
aku tau cinta ini sudah tak laku
tapi biarkan cinta ini aku miliki
biarkan cinta ni menjadi bebanku
aku tak peduli
meski menghambat jalanku
aku tau mencintaimu adalah tak pasti
(Agus Eko Ariwibowo)
Aku Adalah Puisi
biduk di langit masih kering tertawa
melihat aku yang tetap bercumbu dengan khayal
menari kata dalam balutan puisi
membingkaikan rasa dalam bait
puisi adalah aku
aku bercinta dengan kata
dan merangkai menjadi satu kenangan indah
dekapan kalimat panjang membuai mesra diriku
kutemukan ada detak lemah setia
Arti cinta yang terpendam
Cinta..
Dapatkah hati mentafsir mimpi
Berlari-lari mengejar memori
Mengikat kasih jalinan suci
Membakar jiwa yang penuh arti
Cinta..
Mimpi hanya mainan malam berlalu pergi
Tatkala fajar menghulur realiti
Menghurai makna di kamar hati
Menemani diri menangisi sepi
Cinta..
Ikatan cinta yang sekian lama
Kian pudar di mamah usia
Dingin kasihmu jelas nyata
Diriku sandaran dikala duka
Lantaran dirimu bermain kata
Menjemput diriku Merangkak ke dunia nyata
Mengenal istilah sebuah cinta yang terpendam
Cinta..
Suara hati memaksa diriku
Merantai jiwa yang penuh sangsi
Membangun sepi di tembok hati
Mendekapi rindu mengalun puisi
Mengungkap setia di jendela janji
Sebuah kepastian cinta harus diukiri
Arti cinta yang terpendam…..
******

Senin, 13 Maret 2017

Kata-Kata Romantis


"Aku ingin mencintaimu dengan sederhana. Tanpa memikirkan rumitnya rumus fisika dan sulitnya perhitungan ekonomi." - Roman Picisan
"Jangan tanya sedang apa aku hari ini, karena yang kulakukan selalu sama. Sedang mencintaimu. Sedang mengharapkanmu. Setiap hari." - Roman Picisan
"Aku dan jenuhku, bersama membisu.
Terlalu jauh untuk meraih, bintang yang sedang ku tatap.
Aku dan senyumku, mengikuti diam dan termenung meratap mimpi,
yang kini hilang dalam sekejap" - Roman Picisan
"Aku dan kamu ibarat senja dan malam, saling berdampingan namun tak dapat bersatu" - Roman Picisan
"Aku dan kau bagaikan laut dan pantai..
seperti api dan bara yang meninggalkan debu,,
menyatu seperti sinar mentari menyentuh embun pagi..
menjadikannya tetesan air sebening kristal" - Roman Picisan
"Kamu adalah ketidak pastian yang kuperjuangkan" - Roman Picisan
"Kata orang di Utara, mawar itu indah. Aku diam.
Kata orang di Selatan, krisantemum lebih indah. Aku diam.
Kata orang di Timur, melati paling indah. Aku diam.
Orang di Utara, Selatan, dan Timur diam.
Aku bilang, Wulandari yang terindah." - Roman Picisan
"Aku ingin mencintaimu dengan sederhana, Dengan isyarat yang tak sempat disampaikan, Awan kepada hujan yang menjadikannya tiada." - Roman Picisan
"Di penghujung hari yang hampir hilang.
Ku tetap menggenggam rasaku.
Tanpa memiliki kesimpulan tentang rasamu.
Hanya mampu ratapi rasaku.
Dan mendoakan munculnya rasamu." - Roman Picisan
"Kupikir benci. Ternyata ku peduli. Ku rasa dendam. Ternyata rasa terpendam. Apa ini cinta?" - Roman Picisan
"Kupikir pisau itu tajam
tapi perkataanmu lebih menghujam
Kupikir bangkai itu busuk
tapi penolakanmu lebih menusuk" - Roman Picisan
"Cintaku tak harus miliki dirimu, meski perih mengiris-iris segala janji" - Roman Picisan
"Cinta kau datang tanpa dikira,
kau pergi tanpa menyapa..
Cinta kau itu indahkan dunia,
tapi kau tak lupa menabur luka..
Cinta, aku mohon padamu
jangan datang untuk pergi
jangan berbahagia lalu menyakiti.." - Roman Picisan
"Perempuan itu bernama Wulandari,
Bulan purnama artinya..bahkan bidadari..
Tapi dimataku..Wulandari adalah bahaya..
Bahkan harus dihindari" - Roman Picisan
"Kata orang benda termahalmu adalah waktu
Karna hanya sekali tak bisa diputar kembali
Jadi..kuberterima kasih kepada Wulandari
Untuk terbuangnya waktu yang takkan kembali" - Roman Picisan
"Di penghujung hari yang hampir hilang
Ku tetap menggenggam rasaku
Tanpa memiliki kesimpulan tentang rasamu
Hanya mampu ratapi rasaku
Dan mendo'akan munculnya rasamu" - Roman Picisan
"Kata orang cinta itu buta
tapi kenapa aku tetap bisa memandangi keindahanmu
Kata orang cinta tak ada logika
Tapi kenapa pikiranku teratur
menyimpan senyummu
Kata orang cinta itu menyakitkan
Tapi kenapa aku tetap bertahan" - Roman Picisan
"Kamu adalah kebenaran yang harus kuingkari
Kamu adalah keindahan yang tak mampu kunikmati
Kamu adalah keindahan yang hadir lewat mimpi" - Roman Picisan
"Berat bibir ini terucap
Perih mata ini menatap
Menjelang hadirnya perpisahan

Perpisahan bagiku derita
Memenjarakan kenangan
Menaburkan luka
Tapi perpisahan punya janji
Pasti akan bertemu lagi
Selama bukan perpisahan abadi" - Roman Picisan
"Ketika kita menghadapi kesulitan
Dan kita tidak menyerah
Itulah kekuatan kita" - Roman Picisan
"Apakah kamu tahu
saat aku bilang
aku benci kamu
hatiku menjerit tak setuju

Apakah kamu tahu
saat aku bilang
aku rela melepasmu
itu kebohongan terburuk" - Roman Picisan
"Ya Allah, mungkin aku bukan orang baik
Tapi aku percaya kau pasti mendengarkan do'aku ini
Ya Allah, sembuhkanlah semua luka dan sakit pada Wulandari
Dan jagalah dia sebaik-baiknya malam ini
karena aku tidak mampu melakukannya. Aamiin" - Roman Picisan
"Sebulan berlalu...
Dan aku hanya bisa menggenggam rindu,,,

Berharap mampu lupakan..
Tanpa perlu mengingat senyummu.." - Roman Picisan
"Kupikir sudah lupa,
Ternyata rasa itu masih ada.
Mungkin hanya Wulan
yang mampu merusak move on sebulan!" - Roman Picisan
"Waktu,
Bukankah dia percaya sebagai pengobat luka?
Tapi kenapa kini dia hadir sebagai pengingat lara" - Roman Picisan
"Ini kesimpulan tentang hatiku..
Tentang rasa yang bergitu hebat
Tentang rindu yang menggeliat
Tentang dirimu, yang semakin berat untuk kupikat.." - Roman Picisan
"Tentang rindu yang mengusik
Biarlah ini jadi tanggung jawabku
Pagi biarkan memburu senja..

Senja biarkan merangkul malam
Karena waktu takkan mampu menyapu rinduku

Tapi kamu...
Kamu adalah tujuan akhir rinduku berlabuh.." - Roman Picisan
"Saat aku lelah, Kuminta rindu Untuk pergi..
Tapi rindu, sudah tersesat, dalam labirin..
Hati..
Bersemayam abadi, agar aku terus teringat semuanya
Tentang kamu..." - Roman Picisan
"Kepercayaan itu ibarat kata sebuah kaca
Saat kaca itu pecah,
Pecahan kaca itu pun menjadi tajam

Kepercayaan gue sama lo
Sekarang udah pecah..

Sekarang gua adalah pecahan kaca yang tajam itu
Jadi lebih baik, lo jaga jarak dari gue
Karena gue bisa aja melukai lo" - Roman Picisan

*********

"Adakah rasa yang lebih menyakitkan,
Dari hilangnya hak untuk menyapamu,
Adakah rindu yang lebih menyesakan,
Dari sirnahnya kebersamaan kita.." - Roman Picisan
"Tenang lah jiwaku,
Jangan bersedih
Tulus lah seperti
Hujan dimalam hari
Yang tidak bisa
Menampilkan pelangi" - Roman Picisan


"Kalau cinta sungguh mencinta,
Dia tidak meminta..
Kalau cinta sungguh berharga,
Dia tidak memaksa..
Senyumanmu adalah harapanku..
Bahagiamu adalah segalaku..
Meskipun senyuman dan bahagiamu..

Tanpa aku.." - Roman Picisan


"Saat seseorang sudah berikan rasa nyaman
Mengusirnya sangat menyulitkan
Menggantinya hanyalah sebuah
kemustahilan" - Roman Picisan
"Taukah kamu...
Saat temaram hatiku terang
oleh senyumu
Aku serahkan rinduku untukmu

Saat gerimis senja hilang
oleh pelangi di matamu
Aku titipkan harapanku padamu

Tetaplah menjadi rembulan
Di atas langit itu
Agar aku selalu menatapmu" - Roman Picisan
"Inilah aku...
Seorang pujangga yang ingin
Menjadi penjuang cinta
Aku merangkai asa dengan keterbatasanku
Berharap ..
miliki hitungan detik yang singkat ini
Untuk selalu bersamamu.." - Roman Picisan

 

"Kamu yang manis
namun perlahan mengikis
Kamu berjanji menjaga
namun perlahan menabur jelaga

Ku tak perlu semua indah
Ku tak menginginkan bahagia
Hanya satu kupinta
apapun yang terjadi
Kau tetap ada" - Roman Picisan

"Aku disini...
Dan kau di seberang jalan itu,
Ada lampu merah di tengah kita,
Menjadi pembatas tanpa jeda
Lampu merah...
Berubahlah menjadi hijau,
Agar tidak ada lagi yang menghalau." - Roman Picisan
"Cinta itu butuh waktu..
Tidak pernah datang..
lebih dahulu...
Atau bahkan terlambat..
Datang..
Cinta selalu menyapa..
Pada saat yang..
Tepat.." - Roman Picisan


"Seseorang berkata,
ada satu cara membuat
wanita jatuh cinta...
yaitu buatlah dia tertawa..
Namun ku tak pernah bisa
karena..
saat dia tertawa,
Justru diriku yang semakin cinta" - Roman Picisan
"Saat malam datang tanpa hadirnya bintang
kau datang berikanku cahaya
saat angin semilir tak menyejukan hatiku
kau hadir membawa kesejukan
lewat senyumu..

Ijinkan hasratku
bersandar dihatimu
agar rasa ini
bisa memberi kehangatan
di dalam hatimu" - Roman Picisan

Baper 13 Maret 2017

"Orang bilang..
Hati butuh seseorang tuk berlabuh..
Aku tak setuju..
Karena berlabuh bisa berlayar lagi
Dan meninggalkan luka hati..
hatiku butuh tempat perhentian abadi
tanpa mencari lagi..
aku berharap..
itu ada pada wulandari" - Roman Picisan
 "Ada banyak panggilanmu
bunda, mama, atau ibu

Satu yang pasti, panggilan itu lebih mulia daripada ratu
Kau relakan tubuhmu, sebagai pintu masuk kami ke dunia ini
Kau hancurkan egomu, demi hadirkan tawa

Dibalik derai tangis kami, kau adalah pelangi dalam jiwaku
Kau lah kehangatan, disaat aku lelap dalam pangkuanmu" - Roman Picisan
"Harta paling berharga adalah waktu
Warisan paling tak ternilai adalah kesetiaan
Jika keduanya, kudapat darimu
Ku tak inginkan lagi semua yang semu.." - Roman Picisan

Puisi Menembak





SEBUAH KEBAHAGIAN YANG KUNANTI
Kadang ketika aku menatapmu
Aku merasa ada keindahan yang tak terjamah pada dirimu
Namun, semakin lama aku menatapmu
Aku semakin berpikir bahwa keindahan yang sesungguhnya itu tidak perlu mewah
Dengan hanya menatap senyumanmu
Aku sudah merasa bahagia
Aku punya kaya semua yang kita punya
Kehampaan yang pernah dulu singgah pada diriku
Perlahan-lahan pergi dan itu semua
Semenjak kamu ada di sini
Dan kamu tahu kenapa kamu istimewa bagiku?
Karena kamu adalalah jawaban dari istilah
Sebuah kebahagian itu
Aku, aku akan lebih bahagia lagi
Jika semenjak saat ini kamu bisa
Menerimaku sebagai pacarmu
Dan saat ini juga aku akan bisa
Menyebut kamu dengan sebutan
…..,Sayang,…..



MENANTI SEBUAH JAWABAN

Seandainya kata bisa bicara
Lebih jelas dari hanya sekedar kata
Mungkin aku tak perlu lagi membuat puisi cinta untukmu
Maka izinkanlah goresan tinta
Bicara lebih banyak tentang apa yang tersimpan
Tentang rasa yang ada dalam dada
Aku merasa seperti menginjak bumi pertama kali
Saat bertemu denganmu
Rambut yang indah
Mata yang mempesona
Bibir yang manis
Sebuah kesan yang begitu menggota darimu
Dan rasa ini pun lahir
Yang tak bisa terbaca dengan kata-kata
Yang mengusik hati dan pikiran
Aku hanya ingin mengenalmu lebih jauh
Berbincang tentang apapun
Dan menertawakan hembusan angin yang selalu bersama
Tidakkah aku aneh bagimu?
Aku coba menembak rembulan
Pun meleset, setidaknya kudapatkan sepotong bintang
Seandainya cintaku hanya bertepuk sebelah tangan
Setidaknya aku sudah jujur menungkapkannya padamu
  • MENANTI SEBUAH CINTA
Kepadamu burung yang menyayangi
Birunya langit
Dan kepadamu angin yang membelai
Lembut tubuhku
Ingin kukatakan selalu ada cinta untukmu
Pernahkah kau mencoba berusaha
Tuk merasa apa yang ku rasa
Aku ingin meraih sebuah bintang
Tetapi inilah yang terjadi
Aku hanya dapat bermimpi
Memimpikan hal yang tak bisa ku gapai
Ingin aku agar mengetahui
Apa yang ingin kuutarakan..
Aku ingin bersamamu..
Sentuhlah langit
Raihlah mimpi
Ciptakan sayap untuk menggapai cinta
Terbanglah bersamaku
Biarkan jeratan cinta ini membekas dan menyatu dengan dirimu
Mengungkap misteri indahnya dunia
Hidupku mungkin tak panjang
Tetapi cintaku
Akan selama berakhirnya waktu di dunia ini
Jangan kau anggap ini hanyalah rangkaian kata
Setiap huruf, setiap kalimat ini adalah perasaanku
Perasaan dimana aku mengagumimu
Perasaan dimana hatiku tertuang dalam syair ini
Dan jika ku memilih
Aku memilih untuk bersamamu

puisi romantis




MENCINTAIMU 
Mungkin aku bukanlah cinta yang paling sempurna
hanya sebatas hati yang ingin mencurah rasa padamu
karena mencintaimu adalah keindahan dilangit hatimu
dan dicintaimu adalah kesempurnaan kebahagiaan hatiku

Aku mencintaimu 
seperti bunga mencintai keharumannya
seperti hujan mencintai tetasan airnya
seperti bulan mencintai langit malamnya
seperti matahari yang mencintai cahayanya

jantung ini takan pernah berdetak selamanya
tapi jika Tuhan mengizinkan
selama jantungku berdetak
ijinkan mencintaimu dalam ketulusan

Aku mencintaimu
bukan karena aku ingin memiliki apa yang ada didirimu
hanya ingin melihatmu tersenyum
melukis rasa bahagia disetiap titian hidupmu

Aku mencintaimu
bukan karena aku kagum pada dirimu
hanya ingin membuatmu sempurna
meski aku tak bernah bisa sempurna

Aku mencintaimu
bukan kemarin atau saat ini
tapi percayalah,
kemarin, kini dan nanti
adalah saat - saat dimana aku kan terus mencintaimu

puisi cinta terpendam kepada kekasih hati

Haruskah aku nyanyikan cintaku
Agar kau dengar suara hatiku
Haruskah aku lukis rasa sayangku
Agar dapat kau lihat ketulusanku

haruskah kutulis semua kerinduanku
Agar kau sedikit saja mngerti Betapa aku menanti cintamu

selembar doa ku layangkan padamu
mengharap kau tetap disampingku
menemani lingkar hidupku
Meski aku tahu
Aku terasa tak mampu memilikimu

Hanya lewat guratan kata
Kuhaturkan segenap rasa
Yang kupendam dalam puncak asmara
Takan hilang dalam hitungan masa

Jika tuhan mngijinkan
Ijinkan aku menyangimu dalam derai tawa
Dalam tangis air mata
ataupun 
Dalam cinta yang terpendam rahasia
puisi cinta pendek paling romantis terbaru untuk kekasih maupun pacar :

Letih hati ku merintih menahan perih
sekeras usahaku setia padamu
hanya kau anggap buih tanpa arti
sebanyak bukti cintaku untukmu
kau anggap hanya keterpaksaan

haruskah nyawa yang aku korbankan
agar kau percaya
haruskah hidupku ku gadaikan
agar kau tak lagi ragu
haruskah ku buang harga diriku
agar kau tak lagi gelisah

semoga, cinta ini akan terus bertahan
meski tak pernah kau yakinkan
semoga cinta ini akan tetap setia
meski hati ini hampir putus asa

Puisi cinta romantis 
    “Cinta….
    Siapa dia? Hadirnya penuh tanya
    Membawa sesuatu yang baru dalam hidupku
    Sebuah rasa yang tak bisa ku jelaskan padamu

    Cinta…
    Manakala hati merasakan sebuah sentuhan itu
    Tersenyum ku dalam sebuah renungan
    Dapat ku dengar suara hati kecilku
    Bernyanyi menyenandungkan irama degup jantungku
    Menari ku dalam hamparan impian

    Cinta…
    Ketika mata ini mampu menatapnya lebih tajam
    Ketika bibir ini mampu berucap kasih untuknya
    Ketika telinga ini mampu mendengarkan suara indahnya
    Ketika kaki ini mampu melangkah lebih kokoh untuknya

    Cinta…
    Ketahuilah..hatiku berteriak  ku cinta padanya

    Cinta…

    Ketahuilah..dia adalah kamu. Kamu yang ku cinta
    Kamu yang memberikan warna-warna baru  dalam hidupku
    Menyinari hari-hariku bersamamu

    Kau jantung hatiku
    Kau pengobar semangat dalam setiap langkah hidupku
    Kau keindahan penyejuk mataku

    Percayakan hatimu untukku..
    Kan ku jaga, bahagiakan slalu

    Karna kaulah cintaku”

Kamis, 09 Maret 2017

Dibalik Diamnya Dinda - Cerpen Islam

DIBALIK DIAMNYA DINDA
Karya Raudina Famella

Lagi-lagi Nino pulang dengan wajah babak belur. Ia membuka pintu rumahnya. Tapi saat akan masuk, seseorang menghalangi jalannya.
“Minggir !!!” seru Nino dengan kesal. Nino menengadah. “Minggir, Tua !”
PLAK ! Sebuah tamparan keras mendarat di pipinya. Bagaimana tidak, dengan keadaan babak belur, masih sempat-sempatnya ia mengumpat Ayahnya sendiri. Ayah berkacak pinggang dan menyeret tubuh Nino menuju sofa. Ibu memandang dengan khawatir dan segera menghampiri Ayah dan Nino.
“Ya Allah, istigfar, Nino !” seru Ibu.
Ayah lalu berseru, “Darimana saja kamu ?!”
“Ya sekolah dong. Masa’ siang-siang gini dugem, yang bener aja” jawab Nino.
“Lancang kamu ! Ini lihat, surat panggilan orangtua karena kamu selalu membolos ! Memalukan !” Ayah menyodorkan secarik kertas tepat di depan wajah Nino.
“Ayah, sudah…” Ibu memegang tangan Ayah.
“Anak ini harus diberi pelajaran ! Mulai sekarang, kamu sekolah di pesantren !”
“HAH, PESANTREN ???!!!!” Nino terkejut setengah mati.
“Jangan mentang-mentang selama ini Ayah membebaskan kamu, lantas Ayah tidak tahu kelakuam liarmu di luar sana, hah ?!”
“Ayah nggak usah sok peduli deh, Ayah aja pulang kerumah seminggu sekali toh nggak ada yang ngelarang. Terus, kenapa juga Nino harus mau menuruti keinginan Ayah untuk sekolah di pesantren ? Konyol !”
“Ayah melakukan semua ini demi kebaikan kamu !” seru Ibu tersedu.
“Bu, Nino nggak mau ! Nino nggak mau sekolah di pesantren ! Pesantren itu norak dan kampungan ! Nino nggak mau !!!”
Nino berseru dengan brutal dan hendak kabur. Namun Ayah menahan tubuhnya, dibantu oleh Mang Anto, pembantu rumah tangga sekaligus tukang kebun di rumah. Ibu hanya bisa diam dan menyaksikan dengan wajah sendu. Nino kemudian dengan paksa didorong ke dalam mobil untuk segera digiring ke pesantren bersama Ayah dan Ibu.
***


Pesantren Daarul Hikam terletak di sebuah kota yang tak jauh dari Jakarta. Bandung adalah kota pilihan kedua orangtua Nino. Mungkin agar keduanya bisa dengan mudah mengunjungi Nino. Pesantren tersebut terletak di sebelah selatan kota Bandung. Dimana udara masih sejuk dan begitu asri.
“Nino, ayo turun !” seru Ayah seraya menutup pintu mobil. Nino diam. Ia tidak menggubris ucapan Ayahnya. “Kamu dengar tidak, Ayah bilang turun !”
“Ck, Iya !” Nino berdecak kesal dan kemudian turun dari mobil. Ia melihat sekeliling. Kicauan burung yang indah, pepohonan berbisik ditiup angin, sesaat seolah Nino diajak ke sebuah taman laksana padang bunga. Nino menggeleng, ia segera menepis bayangannya. Ia harus tetap pada pendiriannya untuk menentang semua ini.
***

“Ustadz Idris, kami mohon bantuannya” ucap Ayah pada Ustadz Idris, salah satu Ustadz di Pesantren Daarul Hikam yang sejak tadi berbincang dengan Ayah dan Ibu. “Tentu saja, Pak. Dengan senang hati” jawab Ustadz Idris yang mengajar sebagai guru bahasa Arab di Pesantren Daarul Hikam.
“Nino, sudah saatnya Ayah dan Ibu pulang. Mulai sekarang, kamu tinggal disini dan jangan membantah !” seru Ayah.
“Iya Nino, disini orangnya baik-baik. Semua memakai baju koko dan peci yang rapi. Di gedung sebelah sana kamu lihat para santri memakai jilbab nan rapi, cantik sekali. Kalau kamu juga jadi anak yang baik, kamu bisa memiliki istri cantik dengan jilbab indah seperti itu” Ibu tersenyum. Ustadz Idris pun ikut tersenyum. Tak lama kemudian, mobil Ayah dan Ibu pun menjauh. Tinggallah Nino bersama Ustadz Idris.
Ck, cantik apanya. Seluruh tubuh mereka saja ditutupi, mana bisa aku…batin Nino berhenti mengumpat, saat matanya menangkap sesosok bidadari berjilbab yang sangat rupawan. Ia membawa sebuah bingkisan dan menghampiri Ustadz Idris lalu menyerahkan bingkisan tersebut pada Ustadz Idris tanpa sepatah kata.
“Oleh-oleh dari Malang ya ?” tanya Ustadz Idris. Gadis itu mengangguk dan tersenyum. Nino terpaku menatap si gadis. Ustadz Idris yang menyadari hal itu, segera berkata, “Oh iya, Nino. Ini Dinda. Dia murid Madrasah Aliyah kelas 2 dari asrama putri. Dan Dinda, ini Nino, dia juga kelas 2 Madrasah Aliyah, murid baru di asrama putra”

Nino dengan semangat mengulurkan tangannya pada gadis yang baru saja ia ketahui bernama Dinda. Namun Dinda menempelkan kedua tangannya di dada, enggan menyentuh Nino. Nino terheran, ia mengerutkan dahinya tanda kecewa. Dinda lalu membungkukkan sedikit tubuhnya dan pergi menjauh. Ustadz Idris membalasnya dengan senyuman kemudian menepuk bahu Nino.
“Kamu harus terbiasa dengan yang seperti itu. Kalian bukan muhrim, tidak boleh saling menyentuh. Terlebih lagi, Dinda itu gadis yang pemalu” jelas Ustadz Idris. Nino mendengar penjelasan Ustadz Idris dengan seksama. Oh, jadi itu alasannya Dinda hanya diam sedari tadi ? Nino membuat kesimpulan sendiri dalam hatinya.
***

Ustadz Idris mengantar Nino ke sebuah kamar kemudian mengetuk pintunya dan munculah sesosok pria berkacamata dengan wajah teduh sambil tersenyum.
“Assalamualaikum” sapa Ustadz Idris.
“Waalaikumsalam, Ustadz” jawab pria itu.
“Fur, ini Nino. Teman sekamarmu yang baru, pindahan dari Jakarta. Dan Nino, ini Furqon. Fur, tolong bantu Nino ya” ucap Ustadz Idris. Furqon mengangguk dan mengajak Nino untuk masuk ke dalam kamar. Furqon pun membantu Nino membereskan barang-barangnya.
“Nggak usah, saya bisa sendiri” tolak Nino yang masih keras hati.
“Alangkah baiknya kita saling membantu. Lagipula saya tidak merasa direpotkan” ucap Furqon sambil tersenyum. Apa boleh buat, Nino tidak dapat mengelak.
“Da-darimana asalmu ?” tanya Nino ragu.
“Oh saya ? Kalau saya dekat kok, dari Subang” jawab Furqon.
“Sudah berapa lama disini ?” tanyanya lagi.
“Lumayan cukup lama, sejak memasuki Madrasah Tsanawiyah. Awalnya memang jenuh, tapi lama-lama betah juga” Furqon terkekeh. “Oh iya, ngomong-ngomong, bagaimana hidup di Jakarta, asik ya ? Kata teman-teman saya yang sudah bekerja disana, disana itu enak. Banyak gedung besar, jembatan besar, berbeda sekali dengan disini. Benar begitu ?” tanya Furqon dengan wajah polos. Nino hanya menjawab dengan tawa kecil. “Lho kok malah ketawa ?” Furqon heran. Nino tertawa lagi sedangkan Furqon menggaruk kepalanya, bingung. Pesantren ini…mungkin tidak terlalu buruk untukku, gumam Nino dalam hati.
***

Pikiran indah Nino tentang pesantren lenyap seketika. Nino tidak terbiasa dengan semua ini. Sholat berjamaah, saat Nino sedang enak-enaknya tidur siang. Dibangunkan untuk sholat malam saat Nino sedang menikmati mimpi indahnya. Bangun pagi buta sedang Nino masih terkantuk-kantuk. Mengaji setiap bada maghrib, piket menggosok kamar mandi, mencuci pakaian sendiri. Rasanya Nino ingin melempar dirinya jauh ke luar angkasa ! Tiap kali Nino mengeluh pada Furqon, Furqon hanya menjawab,
“Sabar, No. Nanti juga terbiasa” jurus terjitu yang selalu Furqon ucapkan itu membuat Nino ingin segera menghajar wajahnya. Tapi Nino sadar ia harus bersabar dulu untuk membuktikan semua ini pada Ayahnya.
***

Sudah pukul 2 dini hari, namun Nino tetap tidak bisa tidur. Ia mengintip tembok kecil yang memisahkan antara asrama putra dan asrama putri. Disana, ada sesosok gadis berjilbab duduk di lorong dan sedang menulis dengan wajah serius. Gadis itu…Dinda ! Nino bersorak dalam hati.
“Ssstt !” bisik Nino. Dinda terkejut dan mencari sumber suara. Matanya terbelalak. Nino dengan nekat memanjat dinding tersebut. Dinda memperhatikan dengan wajah bingung.

HUP ! Akhirnya Nino telah berada di kawasan asrama putri. Kebetulan saat itu tidak ada siapa-siapa. “Jangan takut” ucap Nino pada Dinda. Ia lalu duduk disamping Dinda yang terlihat masih canggung. “Tidak akan ketahuan, lagipula aku hanya sebentar” ucap Nino kemudian. “Aku…tidak bisa tidur, aku boleh sedikit bercerita ?” tanya Nino. Dinda tersenyum dan mengangguk. “Aku heran dengan peraturan disini. Ini itu harus dikerjakan sendiri. Padahal kan kita sudah bayar ? Harus bangun untuk sholat, mengganggu waktu tidur saja, kan ? Pagi-pagi harus mengepel lantai, memangnya kita pembantu ? Apa semua pesantren se-konyol ini ?!” keluh Nino. Dinda hanya menjawab dengan senyuman. “Kok cuma senyum?! Ngomong dong!” protesnya. Dinda lalu menulis sesuatu di bukunya dan merobekkan kertasnya yang kemudian ia berikan pada Nino.
“Jika kau menjalani semuanya dengan ikhlas, Insya Allah semua pertanyaanmu akan terjawab”
Nino membacanya dan mengerutkan dahi. Ia memandang Dinda yang sosoknya mulai menjauh. Gadis yang aneh. Mungkin suaranya jelek ya, pikirnya.
***

Hari ini hari Minggu, hari dimana seluruh santri berkumpul dan bekerja bakti membersihkan seisi pesantren. Baik putri maupun putra semua bekerja sama untuk membenahi pesantren, mulai dari mencabut rumput, membersihkan lapangan, mengumpulkan sampah dan lain-lain.
Nino mengelap peluh di wajahnya dengan kesal. Matanya memandang ke kiri dan kanan, semua juga tampak berkeringat, namun mereka tetap bisa tersenyum. Aneh.
“Ada apa, No. Semangat dong ! Ini kan hari Minggu, hari yang ditunggu seluruh santri !” Furqon menepuk bahu Nino. Nino mencibir. Apanya hari yang ditunggu-tunggu, kerja bakti begini, mana panas lagi ! umpat Nino dalam hati. Matanya kembali memandang ke kanan dan ke kiri. Nino menyipitkan matanya. Oh ternyata ini maksud Furqon ‘Hari minggu adalah hari yang ditunggu semua santri’ ?! Agar bisa saling melirik dengan santri dari asrama sebelah, tebak Nino dalam hati. Namun tawanya segera lenyap ketika ia mendapati sesosok bidadarinya, siapa lagi kalau bukan Dinda.
“Dinda, lagi apa ?” sapa Nino pada Dinda yang sedang mengelap jendela. Dinda menoleh dan lagi-lagi ia hanya menjawab dengan senyuman. “Din, kok nggak jawab sih?! Suaranya jelek ya ?!” Nino mulai kesal. Dinda masih tersenyum. “Ya, terserah deh !” Nino pergi meninggalkan Dinda dan terduduk di lorong kelas dengan malas.
“Nino, sedang apa ? Jangan malas-malasan, beberapa menit lagi adzan dzuhur. Kita sholat berjamaah, lalu makan siang bersama” sapa Ustadz Idris membuyarkan lamunan Nino.
“Males ah Ustadz, capek !” keluh Nino.
“Kamu pilih mencabut rumput, mengepel lapangan atau diskors ?” ancam Ustadz Idris dengan halus.
“I-iya, iya deh Ustadz !” Nino pun bangkit dari duduknya. Terlihat dari kejauhan Furqon sedang menertawakannya. Nino menggerutu sendiri sambil berjalan menuju lapangan. Saat melewati dapur, Nino mencium harum masakan yang membuat ia penasaran. Terlebih lagi dari balik jendela ia melihat Dinda juga ada disana sedang mengaduk masakan dalam panci.
“Lagi bikin apa nih, Din ?” sapa Nino. Lagi dan lagi, Dinda hanya menjawab dengan senyuman. “Din, kamu kenapa sih nggak pernah mau bicara sama aku ? Aku punya salah apa sama kamu ?” tanya Nino dengan nada agak tinggi. Dinda hanya menggeleng dan tersenyum. “Lantas kenapa ? Suaramu jelek ? Kamu malu, gitu ? Atau…KAMU BISU YA ?!” Nino tak dapat lagi menahan kekesalannya. Kali ini semua mata memandang Nino. Nino terdiam dan menjadi kikuk. Kenapa semua orang memandangku ?! Nino bertanya-tanya dalam hati.
***

“Fur, kamu kok nggak pernah bilang sih kalo Dinda itu memang…bisu ?” protes Nino pada Furqon. Nino sejak tadi gelisah, ia terus mondar-mandir di dalam kamar.
“Kamu tidak tanya kan ?” Furqon malah balik bertanya. Pertanyaan Furqon membuat Nino benar-benar gemas ingin mencubit hidung teman sekamarnya itu. “Makanya, kalau bicara hati-hati, jangan sembarangan. Pikirkan dulu akibat dari ucapanmu, No. Dasar, anak Jakarte” Furqon terkekeh.

Akhirnya Furqon segera menceritakan segala hal yang ia ketahui tentang Dinda ketika Nino benar-benar hendak mencekik lehernya karena kesal. Dinda cacat sejak lahir, Ayahnya meninggal ketika Ibunya mengandung dirinya. Dan saat ini ia hanya tinggal bersama Ibunya di Malang. Banyak kisah tentangnya, tentang masa lalu Dinda yang suram. Dinda selalu dicemooh oleh teman-temannya, bahkan Dinda pernah mencoba untuk bunuh diri. Akhirnya, Ibunya membawanya kesini. Disini, Dinda merasa sangat senang. Ia menemukan teman-teman yang sangat baik. Bahkan ia terus mengasah bakatnya menulis puisi.
“Puisi Dinda pernah menjadi juara nasional lho !” seru Furqon. Nino mendengarkan cerita Furqon dengan seksama sambil mengangguk-anggukan kepalanya. Nino tidak menyangka, banyak orang yang tak seberuntung dirinya. Nino menyesal. Nino ingin berubah. “Oh iya No, kabarnya, Dinda mau pindah dari pesantren ini. Ibunya menikah lagi dengan pria asal Cairo dan Dinda pun akan melanjutkan sekolah disana. Wah, beruntung sekali ya Dinda itu !” seketika semua lamunan Nino buyar oleh kabar yang baru saja Furqon beritahukan padanya.
“Yang benar, Fur ?! Kapan pindahnya ?”
“Kalau tidak salah sih…besok” gumam Furqon.
“Besok ?!” Nino terkejut setengah mati.
***

Pagi-pagi sekali, setelah sholat subuh, Nino segera keluar dari kamarnya. Ia mengintip asrama putri dari balik dinding mencari sosok Dinda. Nino sangat menyesal atas kejadian kemarin. Ia ingin segera meminta maaf pada Dinda.
“Nino, sedang apa ?” sapa Ustadz Idris. Nino terlonjak. Ia menoleh sembari cengengesan. Malu, karena tertangkap basah oleh Ustadz Idris.
“Eh, Ustadz…ini, anu…nggak ada apa-apa kok Ustadz. Cuma lagi olahraga aja” Nino tertawa dipaksakan.
“Olahraga, olahraga, cepat masuk ke dalam. Hari ini giliranmu piket” ucap Ustadz Idris. Nino mengangguk cepat. Setelah Ustadz Idris menjauh, ia kembali mengintip. Ia melihat Dinda sedang berjalan diiringi teman-temannya dengan membawa tas ransel menuju gerbang pesantren. Nino segera berlari mengejarnya.
“Dinda !” seru Nino. Dinda dan teman-temannya menoleh. Ia tersenyum. “Din, MAAF ! Aku bener-bener minta maaf ! Aku tahu ucapanku menyakitkan, aku mohon maafin aku ya, Din !” seru Nino sambil menunduk, ia tak sanggup menatap wajah Dinda. Dinda lalu memberikan secarik kertas pada Nino dengan tulisan ‘Terima Kasih’. Nino terheran.
“Dinda tidak mau menjawab maafmu bukan karena dia tidak mau memaafkan kamu, tapi karena Dinda tidak pernah marah padamu. Dinda berterima kasih padamu, karena dia memiliki teman sebaik kamu” jelas Rahma, salah satu teman Dinda. Seketika senyum Nino mengembang. Dinda benar-benar gadis yang baik.

“Alhamdulillah, makasih banyak ya Dinda ! Oh iya Din, ini nomor ponsel aku, kalau kamu sudah di Cairo, sms aku ya ? Kamu hati-hati ya, Din” ucap Nino seraya menyerahkan selembar kartu namanya.
“Cairo ??!!” teman-teman Dinda yaitu Rahma, Nurul, dan Fatima terkejut dan saling berpandangan. Begitu pula Dinda yang langsung mengerutkan dahi.
“Siapa yang mau ke Cairo ?” Nurul terheran.
“Lho bukannya hari ini Dinda mau pindah sekolah ke Cairo ?” jawab Nino. Rahma, Nurul dan Fatima kembali saling pandang dan seketika tertawa. Dinda pun mengulum senyum.
“Ya ampun Nino, Dinda memang mau pindah ke Cairo, tapi itu tahun depan setelah lulus MA, baru Dinda akan melanjutkan kuliah disana. Kalau sekarang, Dinda mau pulang ke Malang dulu, Ibunya sedang sakit” jelas Fatima sambil menahan tawa.
“Sudah ya, kami mau mengantar Dinda ke stasiun dulu. Assalamualaikum” ucap Nurul kemudian.
“Wa-a-la-i-kum-sa-lam” Nino menjawab terbata kemudian terdiam. Membatu. Lega sekaligus malu. Akhirnya ia hanya bisa menertawakan dirinya sendiri. Terlihat dari kejauhan Ustadz Idris dan Furqon sedang tertawa. Nino mencibir. Furqon, awas kau ya ! Nino mengepalkan tangannya.
Namun Nino bersyukur, ia telah mendapatkan banyak hal disini. Belajar, berteman, sungguh harta yang tak ternilai harganya. Nino telah menyadari betapa berharganya hidup yang telah Allah berikan. Dan Nino bersyukur ia masih diberi kesempatan untuk merasakan nikmat-Nya yang begitu melimpah.
***
 
Blogger Templates